JOY; Jesus First, Others Next, You Last

Minggu, 22 Oktober 2017

EKM (Ekaristi Kaum Muda) kembali diselenggarakan di Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta pukul  17.00. Pada EKM kali ini, Romo Emanuel Grasius Purwahartaka, SVD bertindak sebagai selebran utama serta Keluarga Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta (KMK FK UKDW) mempersembahkan puji-pujiannya yang indah dalam kelompok koor.

Setelah bacaan Injil, KMK FK UKDW mempersembahkan visualisasi dalam bentuk film digital. Dalam film tersebut, diceritakan seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan sifat yang bertolak belakang. Sang laki-laki memiliki sifat rajin berdoa dan berbuat baik kepada sesama, sedangkan sifat si wanita sebaliknya. Si laki-laki digambarkan rajin berdoa, mulai dari bangun pagi hingga tidur malam. Selain itu, ia gemar bergaul dengan teman dan menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa dengan baik. Sebaliknya, si wanita digambarkan jarang berdoa, penyuka minuman keras, rokok, diskotik, jarang bergaul, dan melalaikan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Perilaku si wanita berubah ketika ibunya jatuh sakit. Ia bertobat dan mulai rajin ke gereja serta bergaul dengan kawannya. Perilaku duniawi telah ditinggalkannya. Secara singkat, film ini mampu menggambarkan perilaku kaum muda masa kini.

Visualisasi tersebut ditanggapi secara positif oleh Romo Gras – biasa disapa beserta umat yang hadir. Beliau mengapresiasi visualisasi yang dipersembahkan oleh KMK FK UKDW. Selanjutnya, Romo Gras menyampaikan homilinya.

Dalam homilinya, Romo Gras pertama-tama melemparkan pertanyaan kepada kelompok koor. Mulai dari organis, lakon laki-laki, lakon perempuan, dirigen, hingga pemazmur disodorkan sebuah pertanyaan “Apa yang membuatmu bahagia?” Tanggapan beragam disampaikan mereka, seperti ketika bisa misa dengan keluarga, meraih nilai bagus, bertemu dengan keluarga di kampung halaman, dan lain-lain. Selanjutnya, beliau kembali menanyakan hal yang sama kepada mereka, tetapi hanya boleh dijawab dengan satu kata. Sang dirigen dengan apik menjawab bahwa Yesuslah yang membuatnya bahagia. Romo Gras memberikan tepuk tangan kepadanya. Beliau mengiyakan bahwa pertama-tama yang membuat kita bahagia adalah Yesus Sang Juru Selamat.

Beliau – dalam lanjutan homilinya – menegaskan empat poin penting berdasarkan bacaan suci pada hari ini. Pertama, minggu ini adalah Minggu Evangelisasi. Kaum muda (yang kebanyakan mahasiswa) beserta umat yang hadir dituntut untuk mewartakan Kabar Sukacita. Kabar sukacita tersebut dapat disampaikan melalui kejujuran. Kejujuran dalam diri mahasiswa, keluarga, dan lingkungan sekitar menjadi sangat penting. Hal ini beliau tandaskan mengingat bunyi pertama perkataan orang Farisi kepada Yesus saat mereka ingin mencobai-Nya, “Kami tahu bahwa Engkau adalah seorang yang jujur.” Tak lupa, Romo Gras mengutarakan bahwa kegembiraan ini harus dibagikan sebagai kewajiban terhadap Tuhan dan negara. Dalam Injil – sebagaimana ditegaskan oleh beliau, Yesus mengatakan bahwa berikanlah kepada Tuhan apa yang wajib kamu berikan kepada Tuhan dan kepada negara apa yang wajib kamu berikan kepada negara. Slogan “seratus persen katolik dan seratus persen Indonesia” digaungkan oleh beliau sebagai bentuk pemenuhan kewajiban kita terhadap Tuhan dan negara Indonesia ini.

Kedua, Romo Gras menekankan Yesus dengan jujur mengajarkan jalan Allah. Jalan Allah – sebagaimana yang kita yakini – harus kita terapkan pula secara jujur di kehidupan nyata sehari-hari. Sebagai contoh, beliau mengingatkan kita bagaimana cara kita berdoa umumnya. Kita sering mengatakan “Ya Tuhan, Engkau yang Mahasetia”, tetapi apakah kita sendiri sudah mampu setia dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan inilah yang disodorkan Romo Gras kepada seluruh umat yang hadir untuk direnungi lebih mendalam. Ketiga, Romo Gras menekankan keberanian kita sebagai umat Tuhan untuk mewartakan kabar sukacita di tengah sesama. Injil mencatat perkataan orang Farisi bahwa Yesus adalah seorang yang tidak takut pada siapapun. Kita dituntut untuk berani tampil di tengah masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang diteladankan oleh Yesus sendiri. Terakhir, beliau menekankan bahwa dalam mewartakan kabar sukacita, kita tidak boleh mencari muka. Yesus adalah seorang yang tidak mencari muka. Tantangan ini menurut beliau akan sulit bagi kita tetapi harus kita rintangi.

Menurut Romo Gras, keempat poin inilah yang ingin disampaikan Yesus kepada kita dalam EKM kali ini. Semoga, dengan bantuan dan rahmat Yesus sendiri, kita mampu melaksanakannya sebagai bentuk pewartaan kabar sukacita di tengah masyarakat, bangsa, dan negara kita. (jos)

Tinggalkan komentar